Guru Yang Mana Ya ?


Adakalanya sebagaian seorang guru merasa jenuh saat-saat mengajar. Adakalanya juga hidupnya malah terasa hampa, meskipun tiap hari memiliki beban mengajar lebih dari 24 jam. Banyaknya jam mengajar, ternyata tidak mampu mengobati  “kegalauan “ hatinya. Banyaknya peserta didik yang remedial semakin membuat hatinya makin galau, bahkan bukan hanya galau malah makin membuatnya marah-marah. Terlebih, ada peserta didik yang remedial, diberi tugas eh….malah tidak melaksanakan tugas itu. Tentunya,siapapun guru akan tahu apa yang dirasakan dirinya. Lain halnya dengan guru yang saat-saat mengajar selalu mengejar pendapatan, selalu perhitungan mirip dengan jual beli. Parahnya lagi, yang menjadi patokan adalah hak yang mereka terima, barulah kewajiban mereka akan dilaksanakan sesuai hak yang mereka terima. Selalu mengejar uang dan uang saja. Tanpa uang tidak bisa jalan. 

Prof. DR. Munif Chatib, menulis dalam bukunya “ Gurunya Manusia “ setidaknya ada 3 macam guru dilihat dari faktor kemauannya untuk maju. Adapun ketiganya adalah :



1.   Guru Robot,
Guru model ini adalah guru yang bekerjanya seperti robot. Mereka hanya masuk kelas, mengajar lalu pulang. Mereka tidak peduli pada beban materi yang harus disampaikan kepada siswa. Mereka tak punya kepedulian terhadap kesulitan peserta didik dalam menerima materi, masalah-masalah mereka di rumah yang mempengaruhi belajar mereka dan terlebih kepedulian kepada masalah guru dan sekolah pada umumnya. Mereka tidak peduli dan benar-benar mirip robot yang selalu menjalankan perintah sesuai program yang sudah disusun. Guru jenis ini banyak sekali menggunakan ungkapan :
- “ Wah, itu bukan malasahku, tapi itu masalahmu, so…., selesaikan sendiri..!”
- “ Maaf, saya tidak dapat membantu sebab ini bukan tugas saya…”

2.  Guru Materialistis,
Hampir sama dengan guru Robot, Guru Materialis selalu melakukan kegiatan belajar mengajarnya selalu dihitung-hitung yang tidak beda dengan jual beli. Lebih parah lagi, patokannya adalah hak yang mereka terima, barulah kewajiban mereka akan dilaksanakan sesuai hak yang mereka terima. Pada awalnya, guru ini memang profesional, tetapi akhirnya akan terjebak dalam kesombongan dalam bekerja sehingga tidak tampak manfaatnya dalam bekerja.
Ungkapan-ungkapan yang banyak kita dengar dari guru jenis ini, antara lain :
- “ Cuma digaji sekian saja, kok mengharapkan saya total dalam mengajar, jangan harap ya !”
- “ Percuma mau kreatif, penghasilan yang diberikan kepada saya hanya cukup untuk biaya transport…”
- “ Kalau mengharapkan saya bekerja baik, ya turuti dong permintaan gaji saya sebesar sekian !”

3.  Gurunya Manusia
Sementara guru model ini, berbeda dengan model kedua di atas. Guru yang selalu memiliki keyakinan bahwa target pekerjaanya adalah membuat para peserta didiknya berhasil memahami materi-materi yag diajarkan. Bukan sekedar paham tapi mampu memberikan effek positif di lingkungan peserta didik belajar. Bukan sekedar menyampaikan materi ajar, tetapi menyampaikan ruh, spirit dan wawasan-wawasan baru yang membuat peserta didik selalu merindukannya. Gurunya Manusia selalu yang ikhlas, akan berintropeksi apabila ada peserta didiknya yang belum memahami materi ajarnya.  Guru yang selalu meluangkan waktunya untuk belajar lebih sebab mereka sadar dengan sesadar-sadarnya bahwa profesi guru tidak boleh berhenti untuk belajar. Guru yang memiliki keinginan kuat dan serius ketika mengikuti pelatihan dan pengembangan potensi.

Gurunya manusia juga selalu membutuhkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Inilah bedanya dengan guru yang materialis, gurunya manusia menempatkan penghasilan sebagai akibat yang akan didapat dengan menjalankan kewajibannya, yaitu keikhlasan mengajar dan belajar.
 
Sekarang saatnya kita berhenti sejenak dan menundukkan wajah kita. Tarik napas, lakukan intropeksi diri. Anda termasuk guru mana ? Walau bagaimanapun juga, saya yakin anda dan saya sudah mengetahui apa yang harus dilakukan untuk menjadi seorang guru yang profesional dan dirindui oleh peserta didik kita. 

Refferensi : Gurunya Manusia, Munif Chatif, Kaifa, Cet. VI, 2012 
Oleh : Amar Fatkhalloh, S.Pd.I


Terima kasih telah membaca, mudah-mudahan apa yang anda baca ada manfaatnya. Dengan senang hati, jika anda berkomentar pada tempat yang disediakan dengan bahasa yang santun..

Posting Komentar

Terima kasih telah membaca, mudah-mudahan apa yang anda baca ada manfaatnya. Dengan senang hati, jika anda berkomentar pada tempat yang disediakan dengan bahasa yang santun..

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama