Refleksi : Hari Ibu

Hari ibu, hari para ibu. hari yang sangat bersejarah bagi kaum wanita yang kita sebut dengan ibu, mama, mami, bunda, dan yang lain. Dialah yang telah melahirkan putra-putri mereka ke dunia. Tentu saja tanpa pamrih. Kalau dihitung, berapa ya yang sudah mereka korbankan untuk melahirkan kita, entahlah. Sehingga bisa ditarik benang merah, Berapa ya, kasih sayang Allah yang sudah menjadikan sebagai anak ibu kita??? Dan betapa Allah Maha Pemurah dan Penyayang.
Tahun ini adalah tahun yang seharusnya menjadi refleksi bagi seorang ibu. Ya, tugas yang sangat berat karena ia adalah pemimpin dalam rumah tangganya. Butuh 1000 orang untuk membangun sebuah masjid (he2, kira2 seih segitu) , tapi hanya butuh satu ibu, untuk membangun sebuah keluarga yang sakinah, mawaddah, dan sejahtera. Ibu adalah simbol peradaban. Suatu negara tanpa ibu, tak akan menemui masa suksesnya dalam sepanjang perjalanan sejarahnya. Ibu adalah sosok pendamping ayah yang senantiasa mengorbankan segala kebutuhannya untuk keluarga. ”jika mereka jahat” itu hanya kasuistik. Dimanapun dan bagaimana pun keadaannya mereka tetaplah seorang ibu. Mereka punya naluri. Dan itu adalah fitroh. Ibu adalah sumber ilmu bagi putra putrinya, karena dia adalah madrasah pertama yang ada di lingkungan keluarganya. Mempersiapkan diri menjadi seorang ibu tidak hanya terjadi secara singkat selama proses kelahiran terjadi. Menjadi seorang ibu harus kita mulai dari sekarang, dengan selalu meningkatkan kualitas diri, karena yang ibu harapkan adalah putera dan puteri mereka adalah menjadi pemimpin yang sukses, baik menjadi pemimpin untuk dirinnya sendiri maupun orang lain.
Yang kini harus dintrospkesi adalah, bagaimana niatan seorang ibu dalam mendidik anak-anaknya??? Sudahkah niatan itu kembali kepada Allah. Wahai ibu, anak hanya titipan dari Allah, bayi yang ada dalam rahimmu adalah titipan Allah, dan semua yang engkau miliki adalah titipan Allah. Seorang ibu yang ikhlas dalam mendidik anakya akan terlihat ikhlas ketika menjalankan aktifitasnya sebagai seorang ibu. Bila anaknya berhasil ia selalu bersyukur atas nikmat yang Allah berikan, namun bila anak menjadi cobaan untuk nya ia tetap bersabar. Mendidik anak haruslah diniatkan hanya semata karena Allah ta’ala. Tak boleh diniatkan untuk pamer karena itu adalah salah penyakit hati yang mendekati syirik. Dan hukumnya adalah dosa. Jika niat ikhlas sudah muncul maka akan terlahirlah generasi robbani pengusung peradaban Indonesia yang gemilang dan menuju kejayaannya kembali. Dan fenomena yang kita lihat sekarang, apakah niat itu sudah ditanamkan baik dalam hati setiap ibu. Jika kita melihat generasi muda kita sekarang semakin jauh dari tuhannya. Jika generasi muda sekarang semakin jauh dengan petunjuk dan pedoman hidupnya, dan bila hal seperti terjadi yang patut kita pertanyakan adalah sudah tuluskan niat mendidik generasi rabani itu tulus hanya karena Allah bukan karena riya atau sum’ah?

Terima kasih telah membaca, mudah-mudahan apa yang anda baca ada manfaatnya. Dengan senang hati, jika anda berkomentar pada tempat yang disediakan dengan bahasa yang santun..

Posting Komentar

Terima kasih telah membaca, mudah-mudahan apa yang anda baca ada manfaatnya. Dengan senang hati, jika anda berkomentar pada tempat yang disediakan dengan bahasa yang santun..

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama